- Pengertian Penalaran
Penalaran
mempunyai beberapa pengertian, yaitu: (1) Proses berpikir logis, sistematis,
terorganisasi dalam urutan yang paling berhubungan sampai simpulan. (2)
Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan, (3) Proses
menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian
bare. (4) Dalam karangan terdiri dua variabel atau lebih, penalaran dapat
diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan
variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan suatu simpulan.
(5) Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan atau pengertian baru.
Jadi,
Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan
fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang
berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam
suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif.
2. Unsur Penalaran
Berikut ialah merupakan unsur
penalaran karangan ilmiah, yaitu:
- Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang-kurangnya dua variabel.
- Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
- Proposisi mempunyai beberapa jenis, antara lain:
- Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta, misalnya: Anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya.
- Proposisi mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk melakukan benar atau salahnya. Misalnya: Gadis yaitu wanita muda yang belum pernah menikah.
- Proposisi hipotetik yaitu persyaratan hubungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi. Misalnya: Jika dijemput, X akan ke rumah.
- Proposisi kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat. Misalnya: X akan menikahi Y.
- Proposisi positif universal yaitu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak. Misalnya: Semua hewan akan mati.
- Proposisi positif persial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut bersifat positif. Misalnya: Sebagian orang ingin hidup kaya.
- Proposisi negatif universal yaitu kebalikan dari proposisi positif universal. Misalnya: Tidak ada gajah tidak berbelalai.
- Proposisi negatif persial yaitu kebalikan dari proposisi positif persial. Misalnya: Sebagian orang hidup menderita.
- Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju suatu kesimpulan.
- Logika yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan (alasan), argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justufikasi (pembenaran).
- Sistematika yaitu seperangkat proses atas bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
- Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
- Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
- Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
- Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau kesalahannya.
- Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif dan deduktif.
- Kesimpulan (simpulan) yaitu penafsiran atau hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi.
- Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif
adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali
dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan
operasionalisasi.Penalaran Deduktif bisa disebut juga sebagai proses
penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang khusus
berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut
Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu dimulai dari
hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih
rendah.
2.
Macam-macam Penalaran Deduktif:
SILOGISME
Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal. Penalaran dalam bentuk ini jarang ditemukan atau dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti polanya saja, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar. Misalnya ucapan “Ia dihukum karena melanggar peraturan X”, sebenarnya dapat kita kembalikan ke dalam bentuk formal berikut:
Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal. Penalaran dalam bentuk ini jarang ditemukan atau dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti polanya saja, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar. Misalnya ucapan “Ia dihukum karena melanggar peraturan X”, sebenarnya dapat kita kembalikan ke dalam bentuk formal berikut:
- Barang siapa melanggar peraturan X harus dihukum.
- Ia melanggar peraturan X.
- la harus dihukum.
Bentuk
seperti
itulah yang disebut silogisme. Kalimat pertama (premis mayor) dan kalimat kedua
(premis minor) merupakan pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan (kalimat
ketiga).
Pada
contoh, kita lihat bahwa ungkapan “melanggar …” pada premis (mayor)
diulangi dalam (premis minor). Demikian pula ungkapan “harus
dihukum” di dalam kesimpulan. Hal itu terjadi pada bentuk silogisme yang
standar.
Akan
tetapi, kerap kali terjadi bahwa silogisme itu tidak mengikuti bentuk standar
seperti itu. Misalnya:
Semua
yang dihukum itu karena melanggar peraturan.
Kita
selalu mematuhi peraturan.
Kita
tidak perlu cemas bahwa kita akan dihukum.
Pernyataan
itu dapat dikembalikan menjadi:
- Semua yang melanggar peraturan harus dihukum.
- Kita tidak pernah melanggar (selalu mematuhi) peraturan.
- Kita tidak dihukum.
Secara
singkat silogisme dapat dituliskan Jika A=B dan B=C maka
A=C. Silogisme terdiri dari; Silogisme Kategorial, Silogisme Hipotetis dan
Silogisme Disyungtif.
- a) Silogisme Kategorial
Silogisme
Katagorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorial.
Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat
dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan
premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara
kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh :
Semua Tanaman membutuhkan air
(premis mayor)
……………M………………P
Akasia adalah Tanaman (premis minor)
….S……………..M
Akasia membutuhkan air (konklusi)
Akasia membutuhkan air (konklusi)
….S……………..P
(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)
(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)
- Hukum-hukum Silogisme Kategorial
- Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan,
Jadi Sebagian makanan tidak halal
dimakan
(Kesimpulan tidak boleh: Semua
makanan tidak halal dimakan).
- Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Semua korupsi tidak disenangi.
Sebagian pejabat adalah korupsi,
jadi
Sebagian pejabat tidak disenangi.
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian
pejabat disenangi)
- Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak mendapat kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau bukan bunga mawar.
Kucing bukan bunga mawar.
(Tidak ada kesimpulan)
Tidak satu pun drama yang baik mudah
dipertunjukan.
Tidak satu pun drama Shakespeare
mudah dipertunjukan.
Jadi: Semua drama Shakespeare adalah
baik. (Kesimpulan tidak sah)
- Paling tidak salah satu dari term penengah haru: (mencakup). Dari dua premis yang term penengahnya tidak menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti:
Semua
ikan berdarah dingin.
Binatang
ini berdarah dingin.
Jadi:
Binatang ini adalah ikan.
(Padahal
bisa juga binatang melata)
- Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti:
Kerbau
adalah binatang.
Kambing
bukan kerbau.
Jadi:
Kambing bukan binatang.
(‘Binatang’
pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis adalah positif)
- Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda, maka kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan
itu bersinar di langit.
Januari
adalah bulan.
Jadi:
Januari bersinar di langit.
(Bulan
pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari,
sedangkan pada premis mayor berarti planet yang mengelilingi bumi).
Silogisme
harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term menengah
(middle term), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih dari tiga term
tidak bisa diturunkan konklusinya.
2.
b) Silogisme Hipotesis
Silogisme
Hipotesis adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotesis,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorial.
Ada
4 (empat) macam tipe silogisme hipotetis :
- Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika
hujan, saya naik becak.
Sekarang
hujan.
Jadi,
saya naik becak.
- Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila
hujan, bumi akan basah.
Sekarang
bumi telah basah.
Jadi,
hujan telah turun.
- Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan
akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi
kegelisahan tidak akan timbul.
- Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak
penguasa tidak gelisah.
Jadi
mahasiswa tidak turun ke jalanan.
- Hukum-hukum Silogisme Hipotesis
Mengambil
konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorial. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan kebenaran konklusinya
bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita
lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal
hukum silogisme hipotetis adalah:
1) Bila
A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila
A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila
B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila
B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Kebenaran
hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan.
3.c) Silogisme
Alternatif
Silogisme
yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu
alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
My
: Mirzal berada di Lenteng Agung atau Depok.
Mn
: Mirzal berada di Lenteng Agung.
K
: Jadi, Mirzal tidak berada di Depok.
My
: Mirzal berada di Lenteng Agung atau Depok.
Mn
: Mmirzal tidak berada di Depok.
K
: Jadi, Mirzal berada di Lenteng Agung.
- ENTIMEN
Merupakan silogisme yang salah satu
proposisinya dihilangkan tetapi proposisi tersebut dianggap ada dalam pikiran
dan dianggap oleh orang lain. Entimen pada dasarnya adalah silogisme.
Contoh :
Premis mayor
(MY): manusia mahluk rasional
Premis minor (MN): kucing
bukan manusia
Kesimpulan
(K): kucing
tidak rasional
Premis mayor
(MY): setiap manusia pernah lupa
Premis minor
(MN): mahasiswa adalah
manusia
Kesimpulan
(K): mahasiswa
pernah lupa
Dapat
diuraikan sebagai berikut :
- Silogisme merupakan bentuk penalaran deduktif yang formal.
- Proses penalaran dimulai dari premis mayor melalui premis minor sampai pada kesimpulan.
- Strukturnya tetap: premis mayor, premis minor, kesimpulan.
- Premis mayor berisi pernyataan umum.
- Premis minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian premis mayor.
- Kesimpulan dalam silogisme selalu lebih khusus daripada premisnya.
Kesimpulan
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Penalaran Deduktif adalah proses
penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang khusus
berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini
disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu
dimulai dari hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau
hal-hal yang lebih rendah.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://andhitaririe.blogspot.co.id/2013/03/makalah-penalaran-deduktif.html
http://oliverxvii.blogspot.co.id/2015/04/makalah-penalaran-deduktif-induktif.html
http://ekoriyadi384.blogspot.co.id/2013/03/silogisme-kategorial-hipotesis.html
0 komentar:
Posting Komentar