Immoral manajemen
tingkatan terendah dari model manajemen
dalam menerapkn prinsip-prinsip etika bisnis. Manajemen yang memiliki
manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali tidak mengindahkan apa yang
dimaksud dengan moralitas, baik dalam internal organisasinya maupun
bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya.
Amoral Manajemen
Tingkatan kedua dalam aplikasi etika dan
moral dalam manajemen adalah Amoral Manajemen. Berbeda dengan immoral
manajemen, manajer dengan tipe manajemen seperti ini sebenarnya bukan
tidak tahu sama sekali yang disebut dengan etika atau moralitas Ada 2
jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu
- Manajemen yang dikenal tidak sengaja berbuat amoral (unintentional amoral manager). Tipe ini adalah para manajer yang dianggap kurang peka, bahkan segala keputusan bisnis yang mereka perbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberiakan efek pada pihak lain
- Tipe Manajer yang sengaja berbuat amoral Manajemen dengan pola ini sebenarnya memahami ada aturan dan etika yang harus jalankan, namun terkadang secara sengaja melanggar etika tersebut, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis mereka misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain-lain.
Moral Manajemen
Tingkatan tertinggi dari penerapan
nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis adalah moral manajemen.
Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas diletakan pada
level standar tertinggi dari segala bentuk perilaku dan aktivitas
bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam tipe ini tidak hanya menerima dan
mematuhi aturan-aturan yang berlaku, namaun juga telah terbiasa
meletakkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya. Seorang manajer
yang termasuk dalam tipe ini tentu saja menginginkan keuntungan dalam
bisnisnya, tapi jika hanya bisnis yang dijalankan dapat diterima secara
legal dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam komunitas, seperti
keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi hukum yang berlaku.
SUMBER NILAI-NILAI ETIKA
Secara garis besar dimanapun kita berada
maka kita akan dihadapkan pada 4 hal yang dipandang sebagai sumber
nilai-nilai etika dalam komunitas, yaitu :
Agama
Etika sebagai ajaran baik-buruk,
slah-benar, atau ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan
tindakan-tindakan ekonomi, bersumber terutama dari ajaran agama. Itulah
sebabnya banyak ajaran dan paham dalam ekonomi Barat menunjuk pada kitab
Injil (Bibble), dan etika ekonomi yahudi banyak menunjuk pada Taurat.
Demikian pula etika ekonomi Islam termuat dalam lebih dari seperlima
ayat-ayat yang muat dalam Al-Qur’an.
Dalam ajaran Islam, etika bisnis dalam
Islam menekakan pada empat hal Yaitu : Kesatuan (Unity), Keseimbangan
(Equilibrium), Kebebasan (FreeWill) dan tanggung jawab (Responsibility).
Filosofi
Ajaran ini sangat komplek yang menjadi
tradisi klasik yang bersumber dari berbagai pemikiran para fisuf-filsuf
saat ini. Ajaran ini terus berkembanga dari tahun ke tahun
Di Negara barat, ajaran filosofi yang
paling berkembang dimulai ketika zaman Yunani kuno pada abd ke 7
diantaranya Socrates (470 Sm-399 SM) Socrate percaya bahwa manusia ada
untu suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan peranan yang
penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan
sesamanya sebagai seorang pengajar, Socrates dikenang karena keahliannya
dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socretes percaya bahwa
kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada dasarnya
adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah
pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatah yang terkenal
mengatakan. : “Kenalilah dirimu” dia yang memperkanalkan ide-ide bahwa hukum moral lebih inggi daripada hukum manusia.
Pengalaman Dan Perkembangan Budaya
Setiap transisi budaya antara satu
generasi kegenerasi berikutnya mewujudkan nilai-nilai,aturan baru serta
standar-standar yang kemudian akan diterima dalam komunitas tersebut
selanjutnya akan terwujud dalam perilaku. Artinya orang akan selalu
mencoba mendekatkan dirinya atau beradaptasi dengan
perkembangan-perkembangan nilai-nilai yang ada dalam komunitas
tersebut,dimana nilai-nilai itu tidak lain adalah budaya yang hadir
karna adanya budaya pengetahuan manusia dalam upayanya untuk
menginterpentasikan lingkunganya sehingga bisa selalu bertahan hidup.
Hukum
Hukum adalah perangkat aturan-aturan yang
dibuat oleh pemerintah dalam rangka untuk menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara. Hukum menentukan ekspektasi-ekspektasi etika
yang diharapkan dalam komunitas dan mencoba mengatur serta mendorong
para perbaikan-perbaikan masalah-masalah yang dipandang buruk atau tidak
baik dalam komunitas. Sebenarnya bila kita berharap bahwa dengan hukum
dapat mengantisipasi semua tindakan pelanggaran sudah pasti ini menjadi
suatu yang mustahil. Karena biasanya hukum dibuat setelah pelanggaran
yang terjadi dalam komunitas.
Indonesia adalah Negara yang menganut
system hukum campuran dengan system hukum utama hukum Eropa Kontinental,
yang dibawa oleh Belanda ketika menjajah selama 3,5 abad lamanya.
Selain system hukum Eropa Kontinental, dengan diberlakukannya otonomi
daerah, didaerah-daerah system hukum setempat yang biasanya terkait
dengan hukum adat dan system hukum agama, khususnya hukum (syariah)
islam, seperti yang berlaku diaceh.
Pada umumnya para pebisnis akan lebih
banyak menggunakan perangkat hukum sebagai cermin etika mereka dalam
melaksanakan aktivitasnya. Karena hukum dipandang suatu perangkat yang
memiliki bentuk hukuman/punishment yang paling jelas dibandingkan
sumber-sumber etika yang lain, yang cenderung lebih pada hukuman yang
sifatnya abstrak, seperti mendapat malu, dosa dan lain-lain. Hal ini
sah-sah saja, tetapi ini akan sangat berbahaya bagi kelangsungan bisnis
itu sendiri.
FAKTOR YANG MENPENGARUHI ETIKA MANAJERIAL
Leadership
Kepemimpinan yang beretika menggabungkan
antara pengambilan keputusan yang beretika dan perilaku yang beretika.
Tanggung jawab utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan yang
beretika dan berperilaku yang beretika pula.
Ada beberapa hal yang harus dilakukang oleh seorang pemimpin yang beretika yaitu :
- Mereka berperilaku sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuannya dan organisasi.
- Mereka berlaku sedemikian rupa sehingga secara pribadi, dia merasa bangga akan perilakunya.
- Mereka berperilaku dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan yang diambilnya dan dirinya sendiri.
- Mereka berperilaku dengan teguh. Ini berarti berperilaku secara etika sepanjang waktu, bukan hanya bila dia merasa nyaman untuk melakukannya.
- Seorang pemimpin etika, menurut Blanchard dan peale, memiliki ketangguhan untuk tetap pada tujuan dan mencapai apa yang dicita-citakannya.
- Mereka berperilaku secara konsisten dengan apa yang benar-benar penting. Dengan kata lain dia tetap menjaga perspektif
Strategi dan performasi
Fungsi yang penting dari sebuah manajemen
adalah untuk kreatif dalam menghadapi tingginya tingkat persaingan yang
membuat perusahaannya mencapai tujuan perusahaa terutama dari sisi
keuangan tanpa harus menodai aktivitas bisnisnya berbagai kompromi
etika. Sebuah perusahaan yang jelek akan memiliki kesulitan besar untuk
menyelaraskan target yang ingin dicapai perusahaannya dengan
standar-standar etika. Karena keseluruhan strategi perusahaan yang
disebut excellence harus bisa melaksanakan seluruh kebijakan-kebijakan
perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang jujur.
Budaya perusahaan
Budaya perusahaan adalah suatu kumpulan
nilai-nilai, norma-norma, ritual dan pola tingkah laku yang menjadi
karakteristik suatu perusahaan. Setiap budaya perusahaan akan memiliki
dimensi etika yang didorong tidak hanya oleh kebijakan-kebijakan formal
perusahaan, tapi juga karena kebiasaan-kebiasaan sehari-hari yang
berkembang dalam organisasi perusahaan tersebut, sehingga kemudian
dipercayai sebagai suatu perilaku, yang bisa ditandai mana perilaku yang
pantas dan mana yang tidak pantas.
Budaya-budaya perusahaan inilah yang
membantu terbentuknya nilai dan moral ditempat kerja, juga moral yang
dipakai untuk melayani para stakeholdernya. Aturan-aturan dalam
perusahaan dapat dijadikan yang baik. Hal ini juga sangat terkait dengan
visi dan misi perusahaan.
Karakter individu
Perjalanan hidup suatu perusahaan tidak
lain adalah karena peran banyak individu dalam menjalankan
fungsi-fungsinya dalam perusahaan tersebut. Perilaku para individu ini
tentu akan sangat mempengaruhi pada tindakan-tindakan mereka ditempat
kerja atau dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi karakter individu
Faktor –faktor tersebut yang pertama
adalah pengaruh budaya, pengaruh budaya ini adalah pengaruh nilai-nilai
yang dianut dalam keluarganya. Faktor yang kedua, perilaku ini akan
dipengaruhi oleh lingkunganya yang diciptakan di tempat kerjanya. Faktor
yang ketiga adalah berhubungan dengan lingkungan luar tempat dia hidup
berupa kondisi politik dan hukum, serta pengaruh–pengaruh perubahan
ekonomi. Kesemua faktor ini juga akan terkait dengan status individu
tersebut yang akan melekat pada diri individu tersebut yang terwuju dari
tingkah lakunya.
0 komentar:
Posting Komentar