v Hakekat mata kuliah etika bisnis
Menurut Drs. O.P Simorangkir,
hakekat etika bisnis adalah menganalisis atas asumsi-asumsi bisnis, baik asumsi
moral maupun pandangan dari sudut moral.
Karena bisnis beroperasi dalam
rangka suatu sistem ekonomi, maka sebagian dari tugas etika bisnis hakekatnya
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang sistem ekonomi yang umum dan khusus,
dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan tentang tepat atau tidaknya pemakaian
bahasa moral untuk menilai sistem-sistem ekonomi dan struktur bisnis.
v Definisi etika dan bisnis
v
Definisi etika menurut para ahli :
Rosita
Noer, etika adalah ajaran (normatif) dan pengetahuan (positif) tentang yang
baik dan yang buruk, menjadi tuntutan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih
baik.
Drs. O.P. Simorangkir, etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
Drs. Sidi Gajalba, etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia
dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Drs. H. Burhanudin Salam, etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai norma dan moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam bahasa Yunani kuno “ethikos“ berarti “timbul
dari kebiasaan” adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama
filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai
standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, burul dan tanggung jawab.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai
etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek
dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu
lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang
normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan
manusia.
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi
konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan
(studi penggunaan nilai-nilai etika).
v Definisi
bisnis menurut para ahli :
Stainford (1979), “Business is all those activities in providing the goods and
services needed or desired by people”. Bisnis adalah aktifitas yang menyediakan
barang atau jasa yang diperlukan atau diinginkan oleh konsumen. Dapat dilakukan
oleh organisasi perusahaan yang memiliki badan hukum, perusahaan yang memiliki
badan usaha, maupun perorangan yang tidak memiliki badan hukum maupun badan
usaha.
Brown dan Petrello (1976), “Business is an institution which produces goods and
services demanded by people”. Bisnis sebagai suatu lembaga menghasilkan barang
dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila kebutuhan masyarakat
meningkat, maka lembaga bisnis juga akan meningkat perkembangannya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dan memperoleh laba.
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang
menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan
laba.
Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris “business”,
dari kata dasar “busy” yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas,
ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan
yang mendatangkan keuntungan.
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang
atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan.
Kata “bisnis” sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya. Penggunaan
singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis
(hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan.
v Definisi etika bisnis
Menurut
para ahli :
Velasques
(2002), etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar
dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan
dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
Hill dan Jones(1998), etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan
antara salah dan benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin
perusahaan saat pengambilan keputusan strategis yang terkait dengan masalah
moral yang kompleks.
Steade
et al (1984), etika bisnis adalah standar etika yang berkaitan dengan tujuan
dan cara membuat keputusan bisnis.
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis,
yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, dan
masyarakat. Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma,
dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan
sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Etika bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh
karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur,
transparan, dan sikap yang profesional.
Indikator etika bisnis :
1) Menurut
ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis telah melakukan pengelolaan
sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien tanpa merugikan
masyarakat lain.
2) Menurut
peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan indikator ini seseorang pelaku
bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis
mematuhi aturan-aturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.
3) Menurut
hukum. Berdasarkan indikator hukum seseorang atau suatu perusahaan dikatakan
telah melaksanakan etika bisnis apabila seseorang pelaku bisnis atau suatu
perusahaan telah mematuhi segala norma hukum yang berlaku dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya.
4) Menurut ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika
bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai-nilai ajaran
agama yang dianutnya.
5) Menurut
nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara individu maupun kelembagaan
telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-nilai budaya dan
adat istiadat yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan suatu
bangsa.
6) Menurut
masing-masing individu adalah apabila masing-masing pelaku bisnis bertindak
jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.
Teori etika bisnis
Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan
dengan kebaikan (rightness) atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia.
Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat
dilanggar dari perilaku yang diterima masyarakat sebagai baik atau buruk. Penentuan
baik dan buruk adalah suatu masalah yang selalu berubah. Etika bisnis adalah
standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manajer dan segenap
karyawan dalam pengambilan keputusan dan mengoperasikan bisnis yang etik.
Paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang berbeda sudah saatnya diubah menjadi
paradigma etika terkait dengan bisnis atau mensinergikan antara etika dengan
laba. Oleh karena itu, perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses
jangka panjang dalam sebuah bisnis.
v Etiket, moral, hukum, dan agama
Definisi
etiket
Etiket berasal dari kata Perancis “etiquette” yang
diturunkan dari kata Perancis “estiquette” (label tiket; estiqu [ I ] er =
melekat) menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Diantara
beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya cara
yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Bersifat
relatif artinya yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan, bisa saja
diangap sopan dalam kebudayaan lain. memandang manusia dari segi lahiriah saja. Etika
menyangkut manusia dari segi dalam.
Definisi
moral
Moral berasal dari kata latin “Mos” yang dalam bentuk
jamaknya “Mores” yang berarti adat atau cara hidup. Moralitas (dari kata sifat
latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral. Hanya ada
nada lebih abstrak. Kita berbicara tentang moralitas suatu perbuatan artinya
segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya,. Moralitas adalah sifat moral
atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Definisi
hukum
Hukum bersifat obyektif karena hukum dituliskan dan disusun
dalam kitab undang-undang. Maka hukum lebih memiliki kepastian yang lebih
besar. Hanya membatasi ruang lingkupnya pada tingkah laku lahiriah manusia
saja. Sanksi hukum bisanya dapat dipakasakan. Hukum pada dasarnya
didasarkan pada kehendak masyarakat.
Definisi
agama
Agama berasal dari bahasa Sanskerta, “a” artinya
tidak; “gama” artinya kacau berarti tidak kacau; atau adanya keteraturan dan
peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu. “Religio” (dari religere,
Latin” artinya mengembalikan ikatan, memperhatikan dengan saksama; jadi agama
adalah tindakan manusia untuk mengembalikan ikatan atau memulihkan hubungannya
dengan Ilahi.
Pada dasarnya, etika moralitas untuk menentukan sebaiknya
menjadi orang seperti apa. Dalam etika moralitas, suatu tindakan dianggap benar
jika tindakan itu mendukung perilaku karakter yang baik (bermoral) dan dianggap
salah jika tindakan itu mendukung perilaku karakter yang buruk (tidak
bermoral). Etika moral lebih bersifat pribadi, namum moral pribadi akan
berkaitan erat dengan moral bisnis. Jika perilaku seseorang dalam kehidupan
pribadinya bermoral, maka perilakunya dalam kehidupan bisnis juga akan
bermoral. Dalam memecahkan masalah, tidak perlu bingung untuk memilih teori
mana yang sebaiknya digunakan, sebab kita dapat menggunakan semua teori itu
untuk menganalisis suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda dan melihat
hasil apa yang diberikan masing-masing teori itu kepada kita. Hukum membutuhkan
moral. Dalam kekaisaran roma terdapat pepatah “quid leges sine moribus” yang
artinya adalah apa guna undang-undang jika tidak disertai moralitas? Tanpa
moralitas, hukum akan kosong. Kualitas hukum sebagian besar ditentukan oleh
mutu moralnya. Karena itu hukum selalu harus diukur dengan norma moral. Disisi
lain moral juga membutuhkan hukum. Moral tidak ada artinya jika tidak
diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat. Etika mendukung keberadaan
agama, dimana etika sanggup membantu manusia dalam menggunakan akal pikiran untuk
memecahkan masalah. Perbedaan antara etika dan ajaran moral agama yakni etika
mendasarkan diri pada argumentasi rasional.
v Klasifikasi etika
1)
Etika
Deskriptif
Etika deskriptif yaitu etika di mana objek yang dinilai
adalah sikap dan perilaku manusia dalam mengejar tujuan hidupnya sebagaimana
adanya. Nilai dan pola perilaku manusia sebagaimana adanya ini tercemin pada
situasi dan kondisi yang telah membudaya di masyarakat secara turun-temurun.
2)
Etika
Normatif
Etika normatif yaitu sikap dan
perilaku manusia atau massyarakat sesuai dengan norma dan moralitas yang ideal.
Etika ini secara umum dinilai memenuhi tuntutan dan perkembangan dinamika serta
kondisi masyarakat. Adanya tuntutan yang menjadi acuan bagi masyarakat umum
atau semua pihak dalam menjalankan kehidupannya.
3)
Etika
Deontologi
Etika deontologi yaitu etika yang dilaksanakan dengan
dorongan oleh kewajiban untuk berbuat baik terhadap orang atau pihak lain dari
pelaku kehidupan. Bukan hanya dilihat dari akibat dan tujuan yang ditimbulkan
oleh sesuatu kegiatan atau aktivitas, tetapi dari sesuatu aktivitas yang
dilaksanakan karena ingin berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau pihak lain.
4)
Etika
Teleologi
Etika Teleologi adalah etika yang diukur dari apa tujuan
yang dicapai oleh para pelaku kegiatan. Aktivitas akan dinilai baik jika
bertujuan baik. Artinya sesuatu yang dicapai adalah sesuatu yang baik dan
mempunyai akibat yang baik. Baik ditinjau dari kepentingan pihak yang terkait,
maupun dilihat dari kepentingan semua pihak. Dalam etika ini dikelompollan
menjadi dua macam yaitu :
a. Egoisme
b. Utilitarianisme
5)
Etika
Relatifisme
Etika relatifisme adalah etika yang dipergunakan di mana
mengandung perbedaan kepentingan antara kelompok pasrial dan kelompok universal
atau global. Etika ini hanya berlaku bagi kelompok passrial, misalnya etika
yang sesuai dengan adat istiadat lokal, regional dan konvensi, sifat dan
lain-lain. Dengan demikian tidak berlaku bagi semua pihak atau masyarakat yang
bersifat global.
v
Konsepsi
etika
Etika adalah suatu cabang filsafat
yang membicarakan tentang perilaku manusia. Atau dengan kata lain, cabang
filsafat yang mempelajari tentang baik dan buruk. Untuk menyebut etika,
biasanya ditemukan banyak istilah lain : moral, norma dan etiket. Seperti
halnya dengan banyak istilah yang menyangkut konteks ilmiah, istilah “etika”
pun bersal dari Yunani kuno. Kata Yunani “ethos” merupakan bentuk tunggal yang
bisa memiliki banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang;
kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap dan cara berpikir. Bentuk
jamaknya adalah “ta etha” yang berarti: adat kebiasaan. Dan arti terakhir
inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika” dalam filsafat.
Dalam sejarahnya, Aristoteles (384-322 SM) sudah menggunakan istilah ini yang
dirujuk kepada filsafat moral.
Istilah lainnya yang memiliki konotasi makna dengan etika
adalah moral. Kata moral dalam bahasa Indonesia berasal dari kata bahasa
Latin “mores” yang berarti adat kebiasaan. Kata mores ini mempunyai sinonim;
mos, moris, manner mores, atau manners, morals. Kata “moral” berarti akhlak
atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani
yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral ini dalam
bahasa Yunani sama dengan “ethos” yang menjadi ”etika”.
Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk,
yang diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban dan sebagainya. Pada
hakikatnya moral menunjuk pada ukuran-ukuran yang telah diterima oleh suatu
komunitas, sementara etika umumnya lebih dikaitkan dengan prinsip-prinsip yang
dikembangkan diberbagai wacana etika.
Contoh :
Seorang karyawan diperusahaan pajak yang bersih dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Uang milik wajib pajak yang diserahkan
melalui perusahaan tidak boleh diambil atau ditarik oleh setiap karyawan
perusahaan untuk dimiliki dan digunakan secara pribadi apalagi sampai
memindahkan ke rekening pribadi. Hal ini bertentangan dengan etika bisnis
sebagai sebuah profesi. Memiliki uang dengan cara merampas atau menipu adalah
bertentangan dengan moral. Karyawan perusahaan yang sadar etika bisnis, akan
melarang pengambilan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi, pengambilan
yang terlanjur wajib dikembalikan. Karyawan yang sadar, disebut memiliki
kesadaran moral, yakni keputusan secara sadar diambil oleh karyawan, karena
merasa bahwa itu tanggung jawabnya, bukan saja selaku karyawan melainkan juga
sebagai manusia yang bermoral.
SUMBER
Bertens
K, 2013. Pengantar Etika Bisnis. Kanisius. Jakarta.